JOMBANG | duta.co — Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an (PPHQ) Jogoroto, Jombang, Jawa Timur, akan menggelar wisuda ke-4 para hafidz, Minggu atau Ahad Legi (17/12/2017). Kali ini, sebanyak 75 santri dinyatakan lulus dan berhak menjadi wisudawan.
“Mohon doanya, semoga ilmu anak-anak ini bermanfaat bagi umat, itu saja. Saya sendiri merasa senang anak-anak bisa ikut menjaga Alquran,” demikian disampaikan KH Ainul Yaqin, pengasuh PPHQ, kepada duta.co, Senin (20/11/2017).
Pengasuh PPHQ ini mengatakan, meski usia PPHQ relatif muda, tetapi, pesantren tahfidz tercepat ini sudah bisa memberikan kontribusi di kancah nasional, sebagai lembaga pencetak kader penghafal Alquran dengan program unggulan ‘Tahfidz Cepat 6 Bulan’. PPHQ juga tetap konsisten dengan program beasiswa tahfidz bagi santri yang memenuhi syarat-syarat yang ditetapkan.
“Bahkan mondok di sini gratis. Tetapi, meski gratis, bukan berarti asal-asalan. Kami mementingkan kualitas. Karena itu, PPHQ menerapkan methode salaf yang diterapkan KH Hasyim Asyari, dan hasilnya sangat cocok untuk Jaman Now,” jelasnya sambil tersenyum.
Tak kalah menarik, adalah kisahnya tentang santri-santri hebat. Menurut Kiai Ainul Yakin, meski program hafal Alquran dibuat tercepat, hanya 6 bulan, ternyata, ada juga santrinya yang, 2 bulan sudah hafal 30 juz Alquran.
“Kemampuan anak tidak sama, saya sering menemui anak berkemampuan lebih alias tidak masuk akal. Ada yang 2 bulan saja sudah hafal 30 juz dan lancar sekali. Untuk yang seperti ini, justru kita ‘asingkan’, tidak bisa disamakan dengan santri-santri lain,” jelasnya.
Salah satu santri yang hafal 30 juz Alquran hanya butuh waktu 2 bulan, akhirnya dipindah ke pesantren di Mojokerto. “Agar ilmunya lebih bermanfaat akhirnya saya minta Kiai Muhtadi Mahalli (Mojokerto) meneruskan pendidikan anak ini,” tambahnya.
Nah, kebijakan yang seperti ini, kadang orang tua santri tidak paham. Mereka selalu bertanya, mengapa anaknya dipindah? Padahal dipindah itu masih dalam proses belajar, dan semua dilakukan agar proses menghafal anak-anak tidak terganggu. “Mohon maaf, saya kadang tidak melayani pertanyaan wali santri, karena ada yang dijelaskan, malah tidak paham. Inilah seluk beluk pesantren tahfidz,” jelasnya.
Tak kalah menarik, di PPHQ santri tidak hanya hafal Alquran, mereka juga diajari ‘lanyah’alias fasih berbahasa Inggris. Lembaga ini telah melakukan kerjasama dengan sejumlah lembaga ternama di Kampung Inggris, Pare, Kediri.
“Jangan kaget, kalau saya tidak mengerti bahasa Inggris, tetapi, santri-santri di sini bicaranya bahasa Inggris, mereka juga sudah terbiasa pidato berbahasa Inggris,” ujarnya.
Sekedar tahu, tidak sedikit santri PPHQ yang berasal dari keluarga pesantren. Begitu juga alumninya sudah menyebar di seluruh nusantara bahkan dunia. Alumni PPHQ ada yang menjadi Imam Masjid di negara tentangga, Malaysia, Brunei Darussalam, bahkan Abu Dhabi.