Sejarah Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Jogoroto Jombang

Sejarah Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an

Awal berdiri Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an, KH. Ainul Yaqin menyatakan bahwa Pesantren ini berdiri tidak lepas dari peran dan doa serta dukungan dari para kyai sepuh yang ada di Jombang dan sekitarnya, seperti KH. Husen Ilyas Mojokerto, KH. Ahmad Mustain Syafi’i Tebuireng, KH. Ahmad Syakir Ridlwan Tebuireng dan beberapa kyai lainnya. Awalnya Kyai Ainul Yaqin memiliki keinginan untuk membantu saudara dan anak-anak yang berpotensi untuk mondok dan menghafal Al-Qur’an dengan membantu biayanya (gratis) di pesantren. Usaha ini didukung pula dengan beberapa dermawan yang ikut berperan dalam niat mulia ini, salah satunya adalah Bapak Doddhy Kothot Herdianto, Pimpinan PT. Gatra Kilang Persada yang berdomisili di Jakarta.

Dulu Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an belum memiliki format program seperti apa, hanya berjalan apa adanya yang penting ada kegiatan mengaji dan menghafal Al-Qur’an. Di samping itu, pesantren ini berdiri juga atas latar belakang permintaan dari beberapa pengasuh pesantren di Jember dan Lumajang agar KH. Ainul Yaqin melanjutkan program tarawih maqra’ 30 juz yang sudah berjalan di sana selama dua tahun.

Pondok Pesantren Hamalatul Qur’an Jogoroto Jombang berdiri untuk memberi solusi bagi generasi  yang berpotensi untuk menghafal Al-Qur’an. Dengan menggunakan metode tahfidh cepat, para santri didesain untuk bisa menghafal Al-Qur’an dalam waktu kurang dari satu tahun. Dengan adanya metode ini diharapkan para santri bisa menempuh jenjang tahfidh dengan waktu tempuh yang tidak terlalu lama sehingga bisa segera melanjutkan studi ke jenjang berikutnya, seperti meneruskan studi di Perguruan Tinggi, konsentrasi pendalaman kitab salaf, penguasaan bahasa asing, pengabdian masyarakat, dll.

Dengan berpedoman pada prinsip yang dipegang oleh Pendiri Madrasatul Qur’an Tebuireng KH. Yusuf Masyhar, Hamalatul Qur’an menjalankan prinsip dasar pengembangan tahfidhul Qur’an, di antaranya adalah pembinaan fashohah secara intensif sehingga para huffadh tidak hanya mampu menghafal Al-Qur’an 30 juz dengan lancar, tetapi juga dibekali dengan bacaan yang haqqut tilawah sesuai dengan standar qiro’ah muwahhadah versi Madrasatul Qur’an Tebuireng.

Program tahfidhul Qur’an di PPHQ juga didukung dengan aktifitas harian yang menunjang pengembangan pendidikan tahfidh, seperti sholat tahajjud berjama’ah dengan maqro’ ½ juz, sholat dhuha berjama’ah dengan maqro’ ½ juz, aurod famy bisyauqin/5 juz an, dzikrul qur’an, dll.

Dengan pergantian tahun yang sangat cepat usia Hamalatul Qur an terbilang masih muda kurang lebih 10 tahun di tahun 2021, berdiri pada tahun 2011 di Jogoroto dengan pendiri dan pengasuhnya KH. Ainul Yaqin, SQ. dengan demikian Pondok Pesantren Mampu mencetak Alumni kurang lebih 7000 santri dibeberapa daerah dan 1500 santri yang masih aktif.

Pencapaian itu bukan karena pondoknya gratis melainkan karena program yang diampu sangat bagus untuk kader huffadz di Nusantara, banyak santri yang menyelesaikan ziyadahnya kurang lebih 6 bulan khatam 30 juz, namun dengan metode tahfidz cepat tersebut bukan berarti setelah khatam bebas, melainkan harus terus istiqomah mengaji dan berkegiatan rutinitas seperti di Hamalatul Qur an, karena pada dasarnya Hamalatul Qur an mengambil sisi Riyadhoh nya atau mencari kenikmatan dan keistiqomahan dalam beribadah mengaji Al Qur an.

Pada Tahun 2015 PP Hamalatul Qur an dinobatkan oleh Mentri Agama RI menjadi Lembaga Pendidikan Islam Berprestasi di Bidang Pengembangan Metode Tahfidz Cepat 6 Bulan, dan Apresiasi Pesantren Teladan KEMENAG RI dari Presiden RI ditahun 2016. Hamalatul Quran juga memiliki prestasi di bidang musabaqoh dan yang lain, seperti: Juara I MHQ 30 Juz Tk. Propinsi (2016), Juara I MHQ 20 Juz Tk. Propinsi (2015), Juara I MHQ 5 Juz Tilawah Tk. Propinsi (2015), Terbaik III Tafsir Bahasa Indonesia Tk. Propinsi (2016 & 2017), Terbaik I Lomba Karya Ilmiah Pesantren Program Pasca Tahfidh Bayt Al-Qur’an Pusat Studi Al-Qur’an Jakarta (2014), Terbaik I Program Pasca Tahfidh Bayt Al-Qur’an Pusat Studi Al-Qur’an Jakarta (2013 & 2018) dll.

Perkembangan yang begitu pesat dengan diiringi prestasi yang diraih itu semua tidak lain adalah fadhl dari Allah SWT serta berkat do’a dan dukungan dari semua pihak, mulai dari sesepuh, donatur, wali santri dan keluarga besar PP. Hamalatul Qur’an serta Pemerintah.

Melihat perkembangan yang cukup pesat tersebut, maka dibutuhkan langkah penguatan dan pengembangan pesantren guna mewujudkan visi “Membantu Santri Dhu’afa Menjadi Insan Kamil Hamilil Qur’an Lafdhon wa Ma’nan wa ‘Amalan”. Di antara langkah strategis yang perlu ditempuh saat ini adalah:

Penjaringan dan penyaringan santri

Semua santri pphq otomatis akan menjalani proses ini. Bagi santri yang memiliki semangat yang tinggi untuk belajar dan semangat menempuh proses tahfidh sesuai dengan prosedur yang ada, maka akan terus bisa mengikuti proses pendidikan yang ada dengan baik, dan bagi santri yang kurang memiliki motivasi belajar, maka akan diadakan pembinaan agar tumbuh semangat belajarnya, namun jika sudah diadakan pembinaan namun yang bersangkutan masih belum menunjukkan tanda-tanda perubahan yang lebih baik, maka berikutnya akan menjalani proses penyaringan, yakni para santri diarahkan kepada pesantren lain yang sama-sama berbasis tahfidh al-Qur’an, namun memiliki aktifitas harian yang lebih longgar, sehingga diharapkan santri bisa mengikuti kegiatan dengan baik sehingga program tahfidh tetap bisa terselesaikan meskipun dengan waktu tempuh yang sedikit lama.

Perkembangan tersebut juga seyogyanya diiringi dengan penambahan jumlah tenaga pendidik, tenaga pendidik yang dikehendaki adalah mereka yang memiliki satu visi dan memahami falsafah yang ada di Hamalatul Qur’an agar PPHQ tetap pada garis-garis yang sudah ditetapkan, mereka tidak lain adalah santri dan alumni, karena mereka secara langsung mengikuti kegiatan yang ada dan memahami konsep yang diterapkan. Oleh karena itu santri yang menjadi tenaga pendidik di pphq hendaknya juga mendapatkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi. pphq berikhtiar demikian dengan beberapa cara, diantaranya adalah:

Kerjasama dengan Pihak Terkait

Hal ini perlu dilakukan mengingat keberadaan pphq bersinggungan langsung dengan lembaga-lembaga lain di sekitarnya. Keberadaannya masing-masing saling membantu & saling membutuhkan. Oleh karena itu dibutuhkan sinergi antara keduanya sehingga bisa saling memberikan manfaat. Hingga saat ini ada puluhan instansi atau lembaga yang bekerjasama dengan PPHQ di berbagai bidang, di antaranya MTs Salafiyah Syafi’iyyah Bandung, MTs. Darul Ulum Sumberpengantin, MAK Nurul Jadid Bandung, SMK NU 01 Jogoroto, Yayasan Ulul Albab Surabaya, UIN Malang, UIN Surabaya, IAIN Tulungagung, UNSURI Surabaya, Unipdu Jombang, UNHASY Tebuireng, Pusat Studi Al-Qur’an Jakarta, Institut PTIQ Jakarta, Sekolah Tinggi Kulliyyatul Qur’an (STKQ) Jakarta, UICCI (Pesantren Sulaimaniyah Turki), RS. Al-Aziz Jombang, Apotik Sakura Jombang, Federasi Wartawan Indonesia Kabupaten Jombang, PT. Gatra Kilang Persada Jakarta, PT. Intan Kencana Padi Surabaya, Yayasan Dana Sosial Al-Falah (YDSF) Surabaya, Forum Komunikasi Pesantren Tahfidz Indonesia, Jam’iyyatul Qurro’ wal Huffazh Nahdlatul Ulama, Kementerian Agama Republik Indonesia, dan beberapa Pesantren di Indonesia serta lembaga-lembaga lain.

Penetapan Garis-Garis Besar Haluan HQ (GBHQ)

Hal ini menjadi penting untuk menjadi pijakan PPHQ pada masa-masa mendatang serta menjadi ciri khas PPHQ serta identitas yang melekat, GBHQ disusun berdasarkan Keputusan bersama Civitas Akademika PPHQ dengan berpedoman kepada Visi & Misi. Hingga saat ini GBHQ masih dalam tahap penyusunan dan akan terus mengalami perkembangan hingga benar-benar rampung dan bisa menjadi pijakan bagi Keluarga Besar PPHQ, siapapun, dimanapun dan kapanpun.

Penguatan Sumber Daya & Sumber Dana

Hingga saat ini sumber daya selalu diusahakan dan ditingkatkan sesuai dengan kondisi dan perkembangan yang ada. Adapun sumber dana di PPHQ saat ini masih mengandalkan Donatur yang menopang kebutuhan harian santri, Donatur-donatur tersebut mampu memenuhi kebutuhan santri sekitar 60 %, sedangkan 40 % sisanya kebanyakan adalah min haitsu laa yahtasib.