Menepis Anggapan, Menghafal Al-Qur’an Masa Depan Suram

Jogoroto.com – Sejak zaman Rasulullah, menghafal Al-Qur’an sudah menjadi tradisi yang mengakar kuat di kalangan umat Islam. Mulai dari awal turunnya Wahyu yang pertama hingga kini, Al Qur’an senantiasa dihafal dan menjadi pedoman bagi setiap muslim di seluruh dunia.

Seiring berjalannya waktu, tradisi menghafal Al-Qur’an juga mengalami banyak perkembangan. Banyaknya teori dan metode menghafal Al-Qur’an, membuat banyak orang termotivasi dan merasakan kemudahan dalam menghafal Al-Qur’an. Saat ini, seorang yang hafal Al-Qur’an juga menjadi prioritas di berbagai perusahaan maupun perguruan tinggi.

Situasi seperti ini, berbanding terbalik dengan era ’90 an.  Masyarakat di masa itu banyak yang memiliki anggapan bahwa menghafal Alquran akan menjadikan masa depan suram. Hal itu disebabkan karena para penghafal Al-Qur’an di zaman itu hanya mengandalkan hafalan tanpa dibarengi dengan pengetahuan akademik.

Oleh karena itu, masyarakat di era ’90 an tidak banyak yang berminat untuk menghafal Al-Qur’an. Mereka beranggapan jika menghafal Al-Qur’an tidak menjanjikan untuk mendapat kesuksesan duniawi di masa depan. 

Hal tersebut disanggah oleh KH. Ainul Yaqin, pengasuh PP. Hamalatul Qur’an Jogoroto. Kiai Yaqin berpendapat bahwa menghafal Al-Qur’an justru menjadi modal awal untuk menguasai berbagai disiplin ilmu.

“Menghafal Al-Qur’an bukan masa depan suram, justru menjadi sarana untuk memudahkan dalam mempelajari ilmu lain”. (01/09/2022)

Pesan tersebut disampaikan kiai Yaqin saat menghadiri acara sema’an Al-Qur’an rutin santri Jawa tengah Hamalatul Qur’an yang dilaksanakan di pondok pesantren Al Ittihad Salatiga.

Tentunya, untuk menepis anggapan menghafal Al-Qur’an memiliki masa depan suram, para huffadz juga harus membekali diri mereka dengan berbagai wawasan dan keterampilan. 

Setelah menyelesaikan program tahfidz, para huffadz tidak seharusnya berhenti sampai disitu saja, tetapi juga harus melanjutkan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang lain baik di bidang agama maupun ilmu umum seperti sains dan teknologi.

Seseorang yang hafal Al-Qur’an akan lebih mudah dalam mengingat suatu hal dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Hal tersebut disebabkan karena kebiasaan menghafal Al-Qur’an akan membantu dalam menangkap sebuah materi dan mempertajam ingatan.

Dengan modal hafalan Alquran dan menguasai berbagai keterampilan baik akademik maupun non akademik. Para generasi huffadz kan memiliki masa depan yang cerah dan mampu bersaing di era disrupsi.

Oleh karena itu, PP. Hamalatul Qur’an memiliki beberapa unit untuk membekali para santri penghafal Al-Qur’an seperti program bahasa Inggris (program Qur’an Village), bahasa Arab dan kutubus salaf ( program Wadil Qur’an), ilmu sains (program Qur’an Sains) dan juga pesantren salafiyah (PPS).

Tak hanya itu, para santri yang memiliki kualitas hafalan yang bagus dan memiliki komitmen terhadap pesantren juga di rekomendasikan untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan mendapatkan berbagai fasilitas dari pesantren.

Hal tersebut dilakukan oleh kiai Yaqin untuk melanjutkan cita-cita hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari untuk mencetak generasi insan Kamil hamilil Qur’an lafdzon wa ma’nan wa ‘amalan. 

“Berbagai program yang ada di pesantren merupakan bentuk tindak lanjut cita-cita hadratus Syaikh Hasyim Asy’ari”, pesan Kiai Yaqin.

 

 

Penulis: M.A.M Umam & M. Maksum Ali

Leave a Reply

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *